Bentuknya berupa stasiun bumi ground segment di 11 lokasi, yakni di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
"Selanjutnya, pemanfaatan utilitas backbone Palapa Ring adalah sebesar 45 persen dengan Service Level Agreement layanan operasional Palapa Ring sebesar 95 persen," tandasnya, dikutip dari siaran pers Kominfo.
Baca Juga:
Sebelum Beroperasi, BAKTI Kominfo Lanjutkan Optimalisasi Satria-1
Tak terkait infrastruktur BAKTI
Meski butuh dukungan infrastruktur darat, Mahfud MD menyebut satelit terbesar pertama di Asia dan kelima di dunia itu tidak terkait dengan jaringan BAKTI yang tengah terkait kasus hukum.
"Saya ingin membantah pendapat yang mengatakan SATRIA-1 tidak ada gunanya karena jaringan di Bumi itu tidak bisa tersedia berhubung adanya kasus BTS 4G yang sekarang ditangani oleh Kejaksaan Agung," ujar Mahfud dalam sebuah keterangan, Senin (19/6).
Baca Juga:
Pemerintah Hentikan Proyek Satelit HBS Rp5,2 Triliun
Jaringan BTS BAKTI sendiri, berdasarkan sejumlah sampel yang diambil penegak hukum, tak aktif.
Anggaran membengkak
Usman mengatakan biaya investasi pembuatan SATRIA-1 membengkak, dari awalnya US$450 juta atau sekitar Rp6,6 triliun menjadi US$540 juta atau sekitar Rp8 triliun.