WahanaNews NET | Presiden Direktur Kereta Cepat Indonesia-China Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan rencana pemindahan Ibu Kota Negara pengaruhnya tidak begitu besar terhadap jumlah penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) nantinya.
Ini disebabkan karena Jakarta masih akan menjadi pusat ekonomi, bisnis dan perdagangan dan masih tetap menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi.
Baca Juga:
Kereta Cepat Whoosh Jadi Transportasi Penghubung Piala Dunia U-17 Jakarta-Bandung
Ditambah lagi adanya pertumbuhan daerah industri di sepanjang Trase yang dilalui KCJB.
"Pemindahan IKN tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penumpang mengingat Kota Jakarta masih tetap menjadi kota perdagangan utama dan akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya," ujarnya, Minggu (13/2/2022).
PT KCIC pun menggandeng Polar UI melakukan riset Demand Forecast penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Baca Juga:
Tarif Kereta Cepat Jakarta Bandung Masih Gratis hingga Pertengahan Oktober
Riset ini dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini tingkat permintaan dan prediksi penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung setelah adanya Pandemi Covid melanda negara kita dan adanya beberapa perubahan asumsi menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Dalam riset Demand Forecast yang dilakukan Polar UI di 2021, diketahui jika penumpang harian KCJB mencapai lebih dari 30 ribu.
Angka ini cukup baik meski memang menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan hasil riset yang dilakukan sebelumnya tim LAPI ITB di awal proyek.
Pada hasil riset LAPI ITB, diketahui permintaan akan penumpang KCJB mencapai 61 ribu penumpang per hari.
Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi Covid-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga.
"Tim dari Polar UI sudah melakukan riset Demand Forecast KCJB. Hasilnya ada di angka 30 ribu penumpang per hari. Angkanya memang menurun dibanding riset dari tim LAPI ITB. Ini disebabkan karena riset Polar UI sangat mempertimbangkan kondisi pandemi dan dampak turunannya," ujar Dwiyana.
Dwiyana mengaku, imbas dari pandemi Covid-19 terhadap Demand Forecast dapat dirasakan hingga 5 tahun ke depan. Hal itu juga tergantung dengan kondisi pandemi di Tanah Air.
"Berdasarkan situasi pendemi saat ini, pengaruhnya terhadap prediksi penumpang KCJB bisa saja dirasakan sampai 5 tahun ke depan. Perhitungan Demand Forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif terutama di 5 tahun pertama masa pengoperasian, dan tentu Kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal," paparnya.
"Potensi pertumbuhan ekonomi kita cukup baik di tahun ini. Hal ini tentunya akan menjadi harapan baru ke depan, walaupun dalam 5 tahun pertama pertumbuhan penumpang diasumsikan kecil (konservatif) , namun di tahun berikutnya diharapkan akan ada masa dimana mobilitas orang akan membaik seiring dengan menggeliatnya perekonomian kita pasca covid ," kata Dwiyana. [Tio]