WahanaNews NET | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan cuaca ekstrem berupa hujan di atas normal masih akan menghantam sebagian besar wilayah Indonesia hingga 9 Desember 2021 mendatang.
Pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ektrem, meskipun Siklon Tropis Teratai di Samudra Hindia barat daya Lampung telang menghilang.
Baca Juga:
BMKG Aceh Perkirakan Wilayah Aceh Diguyur Hujan Lebat hingga 18 Januari 2025
Sebelumnya Siklon Tropis Teratai terbentuk tanggal 1 Desember 2021 telah dinyatakan punah pada tanggal 2 Desember 2021 pukul 01.00 WIB.
“Sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki periode musim hujan. Dengan indikasi aktifnya fenomena La Nina pada periode musim hujan ini, maka kewaspadaan terhadap potensi peningkatan curah hujan di atas normal harus lebih ditingkatkan,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat (03/12/2021).
Dwikorita memaparkan, berdasarkan hasil analisis terkini, dalam sepekan ke depan diidentifikasi terjadi peningkatan aktivitas dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan potensi cuaca ekstrem secara umum di sebagian besar wilayah Indonesia.
Baca Juga:
Bibit Siklon Tropis dan Monsun Asia Menguat, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem
Dijelaskan Dwikorita, bahwa saat ini Siklon Tropis Nyatoh masih berada di wilayah Samudera Pasifik Barat sebelah timur Filipina dengan intensitas yang masih menguat hingga 24 jam ke depan.
Pergerakan Siklon Tropis Nyatoh ke arah utara-barat laut. Sedangkan bibit Siklon 94W yang berada di sekitar Teluk Benggala dalam periode 24 jam ke depan masih bergerak ke arah barat laut.
Sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W ini posisinya semakin menjauhi wilayah Indonesia, sehingga dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia menjadi tidak signifikan.
"Meskipun begitu, dampak terhadap potensi gelombang tinggi 2.5-4.0 meter (Rough Sea) masih perlu diwaspadai di beberapa wilayah perairan,” tuturnya.
Sejumlah wilayah yang terdampak gelombang diantaranya': Perairan Utara Kep. Anambas, Perairan Barat Kep. Natuna, Perairan Kep. Subi Serasan, Perairan utara Kep. Sangihe, Perairan utara Kep. Talaud, Laut Maluku bagian Utara.
Selain itu, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Sedangkan potensi gelombang tinggi mencapai 4.0 - 6.0 meter (Very Rough Sea) di wilayah perairan ; Laut Natuna Utara dan Perairan Utara Natuna.
Dengan semakin menjauhnya sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W dari wilayah Indonesia, tambah Dwikorita, maka kondisi tersebut membuka peluang terhadap peningkatan fenomena dinamika atmosfer lainnya.
Fenomena lainnya yaitu, meningkatnya aliran massa udara yang cukup intens dari wilayah Laut China Selatan ke arah selatan memasuki wilayah atmosfer Indonesia, di mana kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan yang dapat menimbulkan kejadian curah hujan tinggi di wilayah Indonesia.
“Waspada bencana hidrometeorologi yang kemungkinan menyertainya. Mulai dari banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan sebagainya,” imbuhnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menambahkan, fenomena lain yang meningkatkan curah hujan yaitu dengan masih aktifnya fenomena gelombang atmosfer (gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO) di wilayah Indonesia.
Fenome-fenomen tersebut bakal berdampak di bagian tengah dan timur Indonesia, yang dapat turut memperkuat peningkatan potensi cuaca ekstrem dalam periode sepekan kedepan.
MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin, kata Guswanto adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya. [Tio]