WahanaNews NET | Sudah sebulan lebih ratusan hektare sawah warga Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus tergenang air limpasan Sungai Londo. Padi yang ditanam petani setempat pun terancam membusuk dan membuat mereka merugi ratusan juta.
Ini bukan kali pertama. Kejadian ini sudah menjadi bencana tahunan setiap kali MT 1 dan musim penghujan datang. Dan nahasnya, permasalahan ini seolah dibiarkan begitu saja tanpa solusi.
Baca Juga:
Pemerintah Kudus Perbaiki Kolam Renang untuk Optimalkan Program Pembinaan Atlet Renang
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Kudus, Hadi Sucahyono mengatakan dalam kurun waktu dua bulan ini, air Sungai Londo terhitung dua kali melimpas ke area persawahan warga. Limpasan air itu menggenangi padi-padi yang ditanam warga hingga ketinggian semeter.
Sudah sebulan lebih ratusan hektare sawah warga Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus tergenang air limpasan Sungai Londo. Padi yang ditanam petani setempat pun terancam membusuk dan membuat mereka merugi ratusan juta.
Ini bukan kali pertama. Kejadian ini sudah menjadi bencana tahunan setiap kali MT 1 dan musim penghujan datang. Dan nahasnya, permasalahan ini seolah dibiarkan begitu saja tanpa solusi.
Baca Juga:
Pemkab Kudus Resmikan Area Traffic Control System untuk Urai Kepadatan Lalu Lintas
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Kudus, Hadi Sucahyono mengatakan dalam kurun waktu dua bulan ini, air Sungai Londo terhitung dua kali melimpas ke area persawahan warga. Limpasan air itu menggenangi padi-padi yang ditanam warga hingga ketinggian semeter.
Dia pun berharap, Pemerintah Kabupaten Kudus bisa memberikan solusi terbaik dan penanganan segera atas permasalahan yang dialami petani Wonosoco.
Antara lain, dengan mengupayakan aliran air dari sembilan pintu air di Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama ke arah Sungai Juwana tidak ditutup. Kondisi serupa berlaku untuk buangan dari Wonosoco ke Sungai Londo ke Sungai Juwana melewati Kutuk.
"Itu solusi jangka pendek,"tandasnya.
Adapun solusi jangka panjangnya dengan menahan aliran air dari Pegunungan Kendeng tidak memasuki lahan pertanian. Langkah tersebut dilakukan dengan membuat saluran baru di sisi timur atau barat Desa Wonosoco.
"Melalui saluran tersebut, aliran diarahkan ke sekunder Prawoto,"tandasnya.
Terpisah, Kepala Desa Wonosoco, Setiyo Budi memperhitungkan kerugian yang diderita petani akibat kejadian ini mencapai Rp5 juta perhektar. Kerugian itu dihitung dari biaya olah tanam dan pemupukan.
"Luas lahan yang tergenang ada sekitar 200 hektar. Tinggal dikalikan saja, ya ratusan juga kerugiannya," katanya.
Menyikapi permasalahan tahunan ini, Budi hanya bisa berharap Pemerintah Kabupaten Kudus bisa melakukan penanganan serius terhadap permasalahan yang dihadapi warganya. Baik ancaman banjir bandang maupun sawah tergenang ini. [Tio]