Menurut analisis 2018 oleh think tank Inisiatif Ancaman Nuklir yang berbasis di AS, kapal eksperimental "tampaknya mampu menembakkan satu rudal balistik" dan harus muncul setiap beberapa hari, dan menyebabkan pembatasan kegunaan operasionalnya.
Uji coba hari Selasa, yang dilakukan di dekat Sinpo, lokasi galangan kapal utama angkatan laut, dilakukan saat kedua Korea membangun kemampuan senjata mereka.
Baca Juga:
Indonesia Tersingkir dari Piala Asia U-17 Usai Dihajar Korea Utara
Rudal itu menempuh jarak sekitar 590 kilometer (365 mil) pada ketinggian maksimum sekitar 60 kilometer, kata sumber Korea Selatan kepada AFP.
Menanggapi hal ini, Washington, Seoul, dan Tokyo mengutuk peluncuran itu, dan ketiganya menggambarkannya sebagai rudal balistik. Gedung Putih menekankan bahwa tindakan itu merupakan ancaman yang hanya menggarisbawahi kebutuhan "mendesak" untuk berdialog dengan Pyongyang. Seperti dilansir dari WahanaNews.co, Rabu, 20/10/21.
"Tawaran kami tetap untuk bertemu di mana saja, kapan saja, tanpa prasyarat," kata Juru bicara Gedung PutihJen Psaki mengatakan pada konferensi pers.
Baca Juga:
Timnas U-17 Diharapkan Wariskan Prestasi Besar di Piala Asia 2025
Dalam refleksi keprihatinan internasional, para diplomat mengatakan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengadakan pertemuan darurat tertutup pada Rabu tentang Korea Utara.
Sebelumnya, Pyongyang juga menggelar pameran senjata langka, yang memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) raksasa. [jef]