WahanaNews-NET | Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di daerah rawan kekeringan untuk memanen hujan. Mengapa demikian?
Dwikorita mengungkapkan musim kemarau 2023 akan lebih kering dibanding periode tiga tahun terakhir (2020-2022. Intensitas hujan pun diprediksi akan menurun dalam beberapa bulan mendatang di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Juga:
Gempa Besar M7,2 Guncang Xizang, Begini Penjelasan BMKG
"Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," ungkap Dwikorita di sela kegiatan 10th World Water Forum (WWF) Kick-Off Meeting, seperti dikutip dari situs resmi BMKG.
Menurutnya, air yang ditampung nantinya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu dinilai perlu dilakukan terutama untuk wilayah yang rawan kekeringan seperti Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain kekeringan, Dwikorita Karnawati juga menyebut bahwa krisis air semakin menjadi ancaman serius dan harus jadi perhatian dunia
Baca Juga:
Basarnas Palu Tangani 79 Kejadian pada 2024, Kecelakaan Pelayaran Paling Dominan
Ia menambahkan, kencangnya laju perubahan iklim menyebabkan terganggunya siklus air sehingga terjadi krisis air.
"Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap negara. Tidak peduli itu negara maju atau berkembang. Karenanya, isu ini harus menjadi perhatian bersama seluruh negara tanpa terkecuali," ungkap Dwikorita.
Musim kemarau 2023 diprediksi akan berlangsung lebih kering dibanding tiga tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan La Nina, yang memicu iklim basah, mulai beranjak dari wilayah Indonesia.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan mengatakan, pemantauan terbaru suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan saat ini intensitas La Nina terus melemah dengan indeks pada awal Februari 2023 sebesar -0,61.
Kondisi ini, lanjut Dodo, diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi Netral pada Februari - Maret 2023. Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) Netral ini diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023.
Dodo juga merinci lini masa daerah yang diprediksi mendapatkan potensi curah hujan bulanan dengan kategori rendah (akumulasi kurang dari 100 mm/bulan):
1. Maret: bagian tengah Sulawesi Tengah.
2. April: sebagian NTB, sebagian NTT, dan bagian tengah Sulawesi Tengah.
3. Mei: bagian selatan Sumatera Selatan, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Barat, bagian timur Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, dan sebagian NTT.
4. Juni: sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua bagian selatan.
5. Juli-Agustus: sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur.
Selain itu, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara dan sebagian Papua.[zbr/CNN]