WahanaNews.net | Produsen mesin pesawat asal Inggris Rolls-Royce mengungkapkan rencana pembangunan reaktor nuklir kecil berbiaya rendah. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pengurangan emisi karbon negara itu.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (9/11/2021), Rolls-Royce membentuk divisi Small Modular Reactor (SMR) baru setelah mendapatkan suntikan dana sebesar 405 juta pound sterling atau setara Rp 7,7 triliun, yang terdiri dari dana swasta dan publik.
Baca Juga:
Nuklir di RUU EBT, Pengamat: Tak Sesuai Upaya Energi Terbarukan
Rolls-Royce, BNF Resources dan Exelon Generation juga akan bersama-sama menginvestasikan 195 juta pound sterling selama tiga tahun bersama dengan hibah negara 210 juta pound sterling.
"Pengumuman hari ini adalah langkah lain menuju penerapan strategi nol bersih pemerintah," kata Rolls-Royce, dikutip dari AFP.
Nantinya reaktor SMR jauh lebih murah untuk dibangun daripada pembangkit nuklir skala besar karena sebagian besar manufaktur dan perakitan dilakukan di pabrik, sebelum diangkut ke lokasi.
Baca Juga:
Soal Aturan Nuklir di RUU EBT, Penagamat Peringatkan 6 Hal Ini!
"Program SMR adalah salah satu cara Rolls-Royce memenuhi kebutuhan untuk memastikan Inggris terus mengembangkan cara-cara inovatif untuk mengatasi ancaman global perubahan iklim," kata kepala eksekutif Warren East.
"Dengan teknologi Rolls-Royce SMR, kami telah mengembangkan solusi energi bersih," tambahnya.
Pemerintah Inggris, yang saat ini menjadi tuan rumah KTT perubahan iklim PBB di Glasgow, bertujuan untuk mencapai nol karbon bersih pada tahun 2050 dengan bantuan nuklir.
Produsen raksasa teknik yang terdaftar di London ini berharap bahwa bisnis baru dapat menciptakan hingga 40.000 pekerjaan pada tahun 2050.
Sekretaris Bisnis dan Energi Inggris Kwasi Kwarteng menggambarkan berita itu sebagai "kesempatan sekali seumur hidup" untuk "menyebarkan lebih banyak energi rendah karbon dan memastikan kemandirian energi yang lebih besar".
"Pembangunan itu akan membawa listrik bersih ke rumah-rumah penduduk dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang mudah menguap lebih jauh," katanya. Seperti dilansir dari WahanaNews.co, Rabu (10/11/ 2021).
Pembangkit listrik tenaga nuklir Inggris yang dibangun pada abad terakhir telah ditutup atau hampir habis masa pakainya. Tetapi negara itu ingin mempertahankan 20% listrik yang dihasilkannya dari tenaga nuklir untuk membantu memenuhi janjinya dalam mengurangi emisi karbon hingga nol pada pertengahan abad dan mengatasi perubahan iklim.
Sementara itu Rolls-Royce sempat menderita kerugian finansial yang besar karena pandemi virus corona memukul sektor penerbangan dan permintaan perjalanan udara. [dhn]